Langsung ke konten utama

RELASI ANTARA TUHAN DENGAN MANUSIA #FILSAFATMANUSIA


Manusia selalu mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat maupun dengan ilmu pengetahuan dan sepanjang sejarahnya manusia selalu mempertanyakan tentang dirinya, apakah ia sedang sendirian, yang kemudian menjadi perenungan tentang kegelisahan dirinya, ataukah ia sedang dalam dinamika masyarakat dengan mempertanyakan tentang makna hidupnya di tengah dinamika perubahan yang kompleks, dan apakah makna keberadaannya di tengah kompleksitas perubahan itu. Pertanyaan tentang hakikat manusia merupakan pertanyaan kuno seumur keberadaan manusia di muka bumi. Dalam jawaban tentang manusia tidak pernah akan selesai dan dianggap tidak pernah sampai final dikarenakan realitas dalam kehidupan manusia selalu baru, meskipun dalam substansi nya tidak berubah.

Sejak kecil manusia telah terbiasa dengan istilah roh, baik secara lisan maupun di dalam batin. Di dalam perjalanan kehidupan sehari-hari, efek tentang roh di dalam batin itu sangat kuat, bahkan sangat erat kaitannya dengan perilaku orang itu dalam menghadapi setiap aktivitasnya. Mengapa sejak kecil manusia telah terlekat oleh konsep tentang roh tersebut. Secara sportif diakui bahwa pengaruh lingkungan (keluarga, tetangga, dan seterusnya) begitu kuat. Kita semua menyadari bahwa di sekitar kita penuh dengan pandangan sesat tentang roh yang senantiasa ada di dalam tubuh, merasakan, melihat, serta dapat 'bertransmigrasi' ke surga atau ke neraka abadi. Spekulasi ini terus berlangsung, bahkan para ilmuwan yang selalu berasaskan logika dan sistematika berpikir masih terus berspekulasi dalam usahanya menelanjangi misteri roh.

Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia dikarunia akal, pikiran, cipta, rasa dan karsa. Dari berbagai kelebihan yang dimiliki oleh manusia inilah, maka manusia menjadi raja di raja di muka bumi ini. Alam ini diciptakan untuk manusia, maka segala sesuatu yang ada di sekitar manusia menjadi obyek kajian manusia mulai dari lingkungan alam, hewan dan sebagainya.

Manusia

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani dan ruhani. Manusia lahir dengan membawa potensi fitrah. Potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut dapat dikembangkan dengan baik dan produktif melalui proses pendidikan. Selain itu, manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas dan lingkungan.

Proses pendidikan Islam berusaha mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia secara keseluruhan dan berusaha untuk mengembangkannya dengan sebaik mungkin tanpa ada yang terabaikan sedikit pun. Dengan demikian Proses pendidikan Islam yang dijalankan diharapkan mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia sehingga lahirlah manusia yang berkepribadian muslim dan manusia yang selalu menghambakan dirinya kepada Allah SWT. 

Manusia selalu mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat maupun dengan ilmu pengetahuan dan sepanjang sejarahnya manusia selalu mempertanyakan tentang dirinya, apakah ia sedang sendirian, yang kemudian menjadi perenungan tentang kegelisahan dirinya, ataukah ia sedang dalam dinamika masyarakat dengan mempertanyakan tentang makna hidupnya di tengah dinamika perubahan yang kompleks, dan apakah makna keberadaannya di tengah kompleksitas perubahan itu. Pertanyaan tentang hakikat manusia merupakan pertanyaan kuno seumur keberadaan manusia dimuka bumi. Dalam jawaban tentang manusia tidak pernah akan selesai dan dianggap tidak pernah sampai final dikarenakan realitas dalam kehidupan manusia selalu baru, meskipun dalam substansinya tidak berubah.

Sejak kecil manusia telah terbiasa dengan istilah roh, baik secara lisan maupun di dalam batin. Di dalam perjalanan kehidupan sehari-hari, efek tentang roh di dalam batin itu sangat kuat, bahkan sangat erat kaitannya dengan perilaku orang itu dalam menghadapi setiap aktivitasnya. Mengapa sejak kecil manusia telah terlekati oleh konsep tentang roh tersebut. Secara sportif diakui bahwa pengaruh lingkungan (keluarga, tetangga, dan seterusnya) begitu kuat. Kita semua menyadari bahwa di sekitar kita penuh dengan pandangan sesat tentang roh yang senantiasa ada di dalam tubuh, merasakan, melihat, serta dapat 'bertransmigrasi' ke surga atau ke neraka abadi. Spekulasi ini terus berlangsung, bahkan para ilmuwan yang selalu berasaskan logika dan sistematika berpikir masih terus berspekuIasi dalam usahanya menelanjangi misteri roh. 

Secara biologi. makhluk tersusun atas organ-organ. Organ tersusun atas jaringan-jaringan yang memiliki fungsi unik. Jaringan terbentuk oleh gabungan ribuan bahkan jutaan sel. Sel merupakan bagian terkecil dari makhluk yang mampu beraktivitas hidup. Apabila sel kita urai lagi maka sel tersusun atas komponen sel (organel) yang dibentuk oleh senyawa karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat. Senyawa-senyawa tersebut berasal dari oksigen. karbon dioksida, nitrogen, garam organik, dan ion logam yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya, apakah perbedaan antara zat hidup dan tak hidup. Ciri utama pembeda zat hidup dan tak hidup adalah kemampuan bereplikasi diri menghasilkan zat yang memiliki bentuk, struktur molekul, dan massa yang identik dengan zat asal. Kemampuan ini dimiliki oleh makromolekul DNA RNA. Melihat hal ini, di dalam sebuah surat kabar ibukota diberitakan bahwa ada pendapat dari ahli filsafat biokimia yang mengatakan kalau roh itu ada. maka ada di dalam DNA bahkan menyamakan DNA dengan roh! Agaknya terlalu pagi untuk memberi jawaban 'ya' bagi pernyataan tersebut, sebagai sarana mengubah sistem hidup melalui rekayasa genetika. Pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari secara global dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu pengalaman melihat, mencium, merasa kecapan, mendengar, pengalaman sentuhan badan, dan pengalaman melalui pikiran. Pengalaman-pengalaman itu menyangkut segi batiniah dan kesadaran yang mengalami tersebut memiliki fungsi yang unik (khas). Munculnya kesadaran tersebut sepenuhnya tergantung pada kondisi. Sebagai contoh, kesadaran melihat adalah hasil. Objek penglihatan mengondisikan 'melihat' sebagai kesadaran melihat. Apabila tidak ada objek penglihatan, tidak muncul kesadaran melihat. Indera mata, sejenis rupa di dalam mata yang mampu menerima objek penglihatan, merupakan kondisi lain bagi proses melihat. Jadi, kesadaran melihat berbeda dengan kesadaran mendengar, juga berbeda dengan kesadaran lain. Fenomena di atas sangat berbeda pula dengan anggapan 'umum' yang menyatakan bahwa setiap kesadaran mengalami objek yang berbeda itu dialami oleh satu 'roh'.

Melihat fenomena diatas penulis melihat bahwa manusia terdiri atas unsur jasmani yaitu yang bisa kita tangkap dengan indra, bisa dirasakan dan bisa rusak bersifat kebendaan dan unsur roh yang tidak tampak tapi bisa merasakan dan memberi kehidupan bagi jasmani. Karena jasmani atau badan tidak akan berfungsi tanpa roh

Manusia dan Badannya

Yang terang buat semua orang ialah, bahwa manusia itu adalah makhluk yang berbadan. Lihatlah saja, bagaimanakah manusia itu menjadi sadar, karena badan nya bersatu dengan realitas sekitar sehingga dia bisa bangkit, menempatkan diri, mengerti sana dan sini, bisa berjalan, bertindak dsb. Contohnya saja bila manusia cacat badannya mengurangi kesadarannya dan apalagi jika cacat itu merusak semua keindraan, maka manusia juga tidak bisa mengerti dunia, jadi berkat badannyalah dia bisa menjalankan dirinya.
   
Kemampuan manusia berdiri sendiri, bisa menghadapi orang lain dengan sadar itu dikatakan manusia mempunyai sifat. Atau bisa dikatakan manusia bersifat rohani, jadi seluruh subjek manusia itu bersifat rohani, makna bersifat rohani itu bukan yang ada di dalam tubuh manusia, contohnya mata manusia berbeda dengan mata hewan, wajah manusia berbeda dengan wajah monyet.

Manusia juga jasmani artinya materi, yang maknanya Dia berat atau ringan, berdarah dan berdaging bisa dilihat secara anatomi mirip dengan makhluk hidup lainnya. Juga kesenangannya, bahagianya, sukarianya tidak lepas dari barang materinya. Jadi seluruh kesatuan manusia adalah jasmani dan rohani. Jika kita bicara tentang badan sendiri, maka di itu pandangan kita memecah belah satu kesatuan, dengan hanya memandang dan menganggap seolah – olah badan itu ada tersendiri. Dalam realitas yang ada bukan badan melainkan manusia yang mempunyai aspek rohani dan jasmani.
 
Pada dasarnya manusia tidak di bedakan antara badan dan jiwa, Badan terdiri dari satu kesatuan yaitu jasmani dan rohani. Badan adalah bentuk konkret dari kejasmanianku. Badan adalah manusia dalam bentuk jasmani, badan adalah wujud sebagai makhluk jasmani. Bolehkah badan kita sebut ”alat”? Boleh, asalkan jangan lupa, bahwa alat di sini tidak sama dengan alat biasa.

Seluruh manusia adalah badani atau bodily. Sekarang kebadanian itu harus kita pandang. Asfek jasmani kita atau kebadanian kita dalam konkritnya berupa bentuk yang tertentu, ialah badan itu. Ini bias kita pandang dalam keadaan biologisnya atau sepanjang badan itu bentuk dari aspek jasmani kita. Dalam pandangan kita yang pertama kita melihat badan sebagai kesatuan biologis. Disitu terlihat suatu struktur yang terjadi dari banyak struktur yang tak terhingga jumlahnya. Di situ badan Nampak sebagai bangunan dari sel – sel, bangunan ini mempunyai diferensiasi yang berupa organ-organ dengan fungsinya. Tetapi pandangan ini tidak boleh dipisahkan dengan pandangan badan sebagai asfek jasmani dari manusia. Dalam pandangan ini badan berupa tubuh atau diri fisik. Dalam pandangan ini asfek jasmani adalah penuh dengan aspek rohani. Keduanya itu tidak berdampingan, tetapi manusia adalah sekaligus jasmani dan rohani. Badan merupakan suatu struktur hidup, berproses menurut hokum biologis.

Dalam filsafat Islam telah terbukti bahwa badan berperan sebagai perantara bagi aktivitas ruh. Aktivitas yang dilakukan oleh anggota badan pada hakikatnya sumbernya adalah ruh. Yakni melihat, mendengar, mencium dan berbicara semuanya terkait dengan ruh. Mata, telinga, hidung dan lidah hanya sekedar perantara untuk mengetahui segala masalah-masalah ini. Misalnya sebuah kacamata, orang yang penglihatannya lemah, ia menggunakan kacamata, lantas apakah kacamata itu sendiri yang melihat atau kacamata hanya sekedar perantara bagi mata? Jelas kacamata dengan  sendirinya tidak bisa melihat akan tetapi ia harus diletakkan di depan mata sehingga mata yang kerjanya adalah melihat dengan menggunakan kacamata ia bisa melihat sesuatu. Pada hakikatnya mata dalam contoh tersebut sama seperti ruh, dan telinga, mata dengan lidah seperti kacamata tanpa perantara. Ruh dengan perantara anggota badan bisa melakukan aktivitasnya dan sebaliknya tanpa ruh anggota tersebut tidak bisa berbuat apa-apa.

Ada teori lain yang mengatakan bahwa hakikat wujud manusia adalah ruh itu sendiri. Wujud manusia bukan komposisi dari badan dan ruh. Yakni, wujud manusia adalah ruhnya itu sendiri, bukan ruh sebagai satu bagian dari wujud manusia. Oleh karenanya, berdasarkan teori ini, antara ruh dan badan ada sejenis hubungan yg disebut dengan hubungan taktis ( ertebat-e tadbiri ), yang di dalam nya badan sebagai alat dan ruh sebagai pengelola.

Siapa Manusia ?

Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam perfektif, ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini diyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia memang sebagai makhluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “makhluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuhan. Manusia dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli makhluk yang lain. Manusai juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo Ludens (mahluk yang senang bermain). Manusia dalam bermain memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan bersifat fun. Fun disini merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan. Permaianan dalam sejarahnya juga digunakan untuk memikat dewa-dewa dan bahkan ada suatu kebudayaan yang menganggap permainan sebagai ritus suci. (K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, 2005) 

Marx menunjukkan perbedaan antara manusia dengan binatang tentang kebutuhannya, binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya. Sedangkan manusia membuat kerja hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Binatang berproduksi hanya apa yang ia butuhkah secara langsung bagi dirinya dan kuturunnya, sedangkan manusia berproduksi secara universal bebas dari kebutuhan fisik, ia baru produksi dari yang sesungguhnya dalam kebebasan dari kebutuhannya. Manusia berhadapan bebas dari produknya dan binatang berproduksi menurut ukuran dan kebutuhan jenis produksinya, manusia berproduksi menurut berbagai jenis dan ukuran dengan objek yang inheren, dikarenakan manusia berproduksi menurut hukum-hukum keindahan. Manusia dalam bekerja secara bebas dan universal, bebas I dapat bekerja meskipun tidak merasakan kebutuhan langsung, universal dikarenakan ia dapat memakai beberapa cara untuk tujuan yang sama. Dipihak yang lain ia dapat menghadapi alam tidak hanya dalam kerangka salah satu kebutuhan. Oleh sebab itu menurut Marx manusia hanya terbuka pada nilai-nilai estetik dan hakekat perbedaan manusia dengan binatang adalah menunjukkan hakekat bebas dan universal.(Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx, 1999).

Hakikat Manusia

Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah perkaitan antara badan dan ruh. Badan dan ruh masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung adanya oleh yang lain.
Dalam Al-Qur’an ALLAH SWT berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya kami ciptakan manusia dari saripati tanah kemudian kami jadikan dari tanah itu air mani (terletak) dalam tempat simpanan yang teguh (rahim) kemudian dari air mani itu kami ciptakan segumpal darah lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan dari segumpal daging itu Kami ciptakan tulang belulang. Kemudian tulang-belulang itu Kami tutup dengan daging. Sesudah itu kami jadikan dia makhluk yang baru yakni manusia yang sempurna. Maka Maha berkat (suci Allah) pencipta yang paling baik .(Q.S. al- Mukminun: 12-14).”

Islam secara tegas menyatakan bahwa badan dan ruh adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh Allah, dijelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam material (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 1997: 108). Jadi, manusia itu terdiri dari dua substansi yaitu materi yang berasal dari bumi dan ruh yang berasal dari Tuhan. Maka hakikat manusia itu adalah ruh itu, sedangkan jasadnya hanyalah alat yang digunakan oleh ruh untuk menjalani kehidupan material di alam material yang bersifat sekunder dan ruh adalah yang primer, karena ruh saja tanpa jasad yang material tidak dapat dinamakan manusia (Zuhairini, dkk., 1995: 75-77). 

Manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan yang dimilikinya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan jasmani dan rohani tersebut. Selanjutnya, agar kedua substansi tersebut dapat berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan (Abuddin Nata, 2001: 28-35). 

Manusia sebagai Makhluk Berjiwa

Semua orang mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang berbdan dan berjiwa. Badan dan jiwa bukanlah dua hal yang saling terpisah, melainkan merupakan dua dimensi dari satu diri manusia. Seluruh diri manusia bersifat jasmani dan rohani, sehingga dapat dinyatakan bahwa bdan itu bersifat jasmani dan rohani, sehingga dapat dinyatakan bahwa badan itu bersifat rohani dan rohani itu bersifat badani. Badan yang menyatu dengan rohani dan rohani yang menyatu dengan badannya ini membentuk suatu konsep tentang aku. Jadi, kalau manusia berbicara tentang aku, maka hal ini menunjuk pada aspek bdan dan rohaninya. Aku bukanlah bdan dan bukanlah jiwa. 

Manusia bukan saja makhluk yang berbadan, tetapi juga berjiwa. Hal ini membawa konsekuensi bahwa dalam pendidikan perlu diusahakan agar peserta didik dapat mengembangkang kemampuan-kemampuan jiwa yang dimilikinya. Ki Hadjar Dewantoro (1997) menyebut kemampuan-kemampuan jiwa itu dengan istilah tri sakti jiwa. yaitu cipta, rasa dan karsa. Cipta adalah kemampuan piker yang bertugas mencari kebenaran sesuatu. Rasa adalah gerak-gerik hati kita yang menyebabkan hati kita menjadi senang, sedih, malu atau bangga, benci dan cinta. Karsa merupakan haawa nafsu kodrati yang sudah diasah oleh pikiran dan diperhalus oleh perasaan. Berkat Ketiga kekuatan jiwa ini manusia mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang mengatasi makhluk hidup lain. 

Berbicara Manusia sebagai makhluk berjiwa maka dari itu penulis menyinggung sedikit mengenai  manusia, dan manusia itu melahirkan adanya empat aliran, di antaranya ;
  • Aliran Serba Zat
Aliran ini dapat disebut juga aliran materealisme. Menurut aliran ini bahwa yang sungguh-sungguh ada itu adalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi, dan manusia itu adalah unsur dari alam. Oleh sebab itu hakikat manusia adalah zat atau materi (Zuhairini, dkk.,1995: 71). Karena materi berada di dunia, maka pandangan materialisme cenderung identik dengan sifat duniawi tidak percaya pada sifat rohani.

Dalam kaitanya dengan pendidikan, aliran ini memandang manusia adalah sebagai makhluk reaksi yang pola reaksinya dapat disimpulkan sebagai satu stimulus respon. Implikasi dari teori ini dalam pendidikan, manusia hanya butuh pengalaman, latihan dan tidak mengakui adanya potensi- potensi kreativitas dan inisiatif.
  • Aliran serba Ruh
Aliran ini disebut juga dengan aliran idealisme. Menurut aliran ini bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di di dunia ini adalah ruh. Juga hakikat manusia adalah ruh. Adapun zat itu adalah manifestasi dari ruh di atas dunia ini. Aliran ini menganggap bahwa ruh itu adalah hakikat manusia, sedang badan hanyalah bayangan saja. Ruh adalah sesuatu yang tidak menempatai ruang, sehingga tidak dapat disentuh dan dilihat oleh pancaindra, sedangkan materi adalah penjelmaan ruh.

Dasar aliran ini adalah bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya daripada badan atau materi. Sebagai contoh seseorang yang meninggal artinya ia tanpa ruh akan dikatakan “Dia telah pergi, dia sudah tidak ada, dan lain sebagainya. Hubungannya dengan aliran ini maka pendidikan harus dilaksanakan berdasarkan kodrat kebutuhan rohaniah, terutama untuk membina rasio, perasaan, kemauan dan spirit (Mohammad Noor Syam, 1988: 163-165).
  • Aliran Dualisme
Aliran ini mencoba mengawinkan kedua aliran tersebut di atas. Aliran ini menganggap manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung pada yang lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh juga sebaliknya ruh tidak berasal dari badan. Hanya dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dan ruh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia. Antara badan dan ruh terjalin hubungan yang bersifat kausal, sebab akibat. Artinya antara keduanya saling pengaruh mempengaruhi. Apa yang terjadi di satu pihak akan mempengaruhi di pihak yang lain. Sebagai contoh orang yang cacat jasmaninya akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwanya. Sebaliknya, orang yang jiwanya cacat atau kacau, akan berpengaruh pada fisiknya.
  • Aliran Eksistensialisme
Pembicaraan tentang hakikat manusia ternyata terus berkembang dan tak kunjung berakhir. Orang belum merasa puas dengan pandangan- pandangan di atas, baik dari aliran serba zat, serba ruh maupun aliran dualisme. Ahli-ahli filsafat modern dengan tekun berpikir lebih lanjut tentang hakikat manusia mana yang merupakan eksistensi atau wujud sesungguhnya dari manusia itu. Mereka yang memikirkan manusia dari segi eksistensinya atau wujud manusia itu sesungguhnya, disebut dengan aliran eksistensialisme.

Mereka ini pada hakikatnya mengkaji manusia dari segi apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Dengan demikian aliran ini memandang manusia secara menyeluruh tentang cara beradanya manusia di dunia ini (Zuhairini, dkk., 1995: 71-73). Mereka dihadapkan pada persoalan-persoalan seperti “Sipakah saya?” dan “Apa makna eksistensi itu?”. Tindakan kehidupan sehari-hari adalah sebuah proses perumusan esensinya. Setelah ia mengalami hidup, ia membuat pilihan-pilihan dan mengembangkan kesenangan dan ketidaksenangannya.  Melalui tindakan ini ia merumuskan siapa dirinya sebagai seorang individu. Lewat proses ini ia sampai pada kesadaran bahwa ia adalah apa yang ia pilih untuk ada dan mempertanggungjawabkan pilihan-pilihannya. Manusia dihadapkan pada realitas-realitas senyatanya dari kehidupan, kematian dan makna, dan ia mempunyai kebebasan yang tak terucapkan untuk bertanggung jawab atas esensi dirinya (George R. Knight, 2007: 129- 130

Manusia Berelasi Dengan Tuhan

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani dan ruhani. Manusia lahir dengan membawa potensi fitrah. Potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut dapat dikembangkan dengan baik dan produktif melalui proses pendidikan. Selain itu, manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas dan lingkungan.

Manusia juga makhluk yang unik. Berkat daya psikis cipta, rasa dan karsanya, manusia bisa tahu bahwa ia mengetahui dan juga ia tahu bahwa ia dalam keadaan tidak mengetahui. Manusia mengenal dunia sekelilingnya dan lebih daripada itu, mengenal dirinya sendiri. Tetapi, manusia selain bisa jujur juga bisa berbohong atau berpura-pura.

Dan dalam bahasa filosofi barat bagaimana antara hubungan fisik dengan mental, yang jelas pertemuan antara badan dan ruh, merupakan pertemuan dua hakekat yang sama, yaitu hakekat spiritual. Keduanya larut dalam alam kesatuan yang utuh. Apa yang terjadi dalam diri manusia, baik yang tampak fisik atau mental, adalah suatu kejadian yang tunggal yaitu diri manusia itu sendiri. Setiap kejadian yang terjadi pada diri manusia pasti serentak antara fisik dan mental. Ruh adalah energi kehidupan yang mengandung fungsi dasar kehidupan itu sendiri. Badan manusia secanggih apa pun dan sesempurna apa pun, jika tidak dialiri ruh hanya benda mati belaka. Jiwa adalah program aplikasi yang bisa menyebabkan seorang manusia memiliki program dan fungsi sentral. Jiwa inilah yang menyebabkan seseorang berfungsi sebagai manusia seutuhnya. Badan manusia menjadi tempat dimana jiwa dan ruh berkumpul dan membuatnya terwujud sebagai makhluk manusia. Semua makhluk yang berbadan sudah pasti ber-ruh. Ruh yaitu potensi spiritual yang diberikan kepada manusia untuk meningkatkan kreativitas hidup dan melahirkan kebudayaan.

Referensi :

Baharudin. 2005. Aktualisasi Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Dr.K.Bertens & Drs.A.A.Nugroho. 1989. Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: PT. Gramedia

Prof. Dr. N. Drijarkara S.J.. 1969. Filsafat manusia. Jakarta: Pustaka Filsafat.

Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Nata, Abuddin. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. IV, Jakarta: Logos

Drijakarta (1978), Filsafat manusia. Kanisius. Yogyakarta

Ki Hajar Dewantara (1977). Tentang Pendidikan. Majelis Luhur Taman Siswa. Yogyakarta.

Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya

Arifin, M. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara


- Di Jakarta Pusat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Air Kopi Khop dan Kuliner Mie Aceh di Puncak Gunung Geurute Aceh Jaya

Air Kopi Khop dan Kuliner Mie Aceh di puncak Gunung Geurute Aceh Jaya salah satu kuliner yang wajib bagi para wisatawan yang berkunjung ke Aceh.  Sebelum pandemi Virus Covid-19 ada, saya masih menyimpan memori indah di puncak gunung geurute aceh jaya. Disela-sela waktu perkuliahan saya bersama rekan sahabat bepergian ke lintas barat aceh tepatnya ke puncak gunung geurute. Berbekal sepeda motor tua si merah yang kerap menemani saya berkelana kesana-kemari saya berangkat dari kota banda aceh dengan menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam. So, keinginan berlibur saya terwujudkan dan sembari menenangkan fikiran yang bebannya sangat berat bagi saya seorang Mahasiswa Fakultas x dengan project matakuliah yang sangat tidak masuk akal. Oleh karena itu saya memutuskan untuk rehat di hari sabtu yang sedikit tenang dan cerah.  Kehidupan Sebelum adannya virus covid 19 memang sangat verygood bagi semua orang tidak terkecuali pada diri saya. Dengan bebasnya kita masih bisa berkelana kesana-kemari se

Minggu Menyapa Kekasih Dalam Balutan Rindu

Hari minggu merupakan hari yang paling bahagia dan menurut wikipedia , hari minggu adalah hari pertama dalam satu pekan. Kata minggu diambil dari bahasa portugis, Domingo (dari bahasa latin dies Dominicus) yang berarti “dia do Senhor”, atau “hati Tuhan kita”. Sedangkan menurut saya hari minggu adalah hari dimana menyapa kekasih dalam balutan rindu. Wihh seperti pelukis dan penyair diatas batu yang bersandar di ranting kayu yang berdiri kokoh diantara bebatuan. Itulah makna dan hakikat bagi saya si anak pekelana dan traveller nusantara. Mentari keluar dari ufuknya menyemangati hati yang sedang gundah gulana, dan memberikan harapan baru untuk terus melangkah dan berinteraksi di dalam dunia yang fana dan hampa seperti hatimu yang setiap saat menyakiti perasaanku. Kopi dan nasi 5000 rb membuat perut kosong ku kembali hidup. Imajinasi dan tekad untuk menulis kisah dimasa muda menusuk dalam sanubari relung hatiku. Dengan uang yang seadanya saya memutuskan untuk mengukir kisah itu di hari mi

Aceh's Historical Relations with Singapore

Nanggroe Aceh Darussalam has a close historical relationship with Singapore . In the past, Sang Nila Utama was the founder of the ancient Singapore kingdom. When Singapore was attacked by the Majapahit Kingdom and the Kingdom of Singapore lost, in the end the descendants of the Main Indigo named Parameswara founded the Kingdom of Malacca. After the malak kingdom began, Singapore became the territory of Malacca.  When Malacca was defeated by the Portuguese in 1511, the kingdom of Johor was established, the territory of Singapore then also became the territory of Johor. During the Aceh Darussalam Sultanate led by Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam Darmawangsa Tun Pangkat (1607-1636), the Aceh Sultanate with reinforcements from the Ottoman Turkish fleet conquered the territory of Johor and liberated the Malay lands from Portuguese clutches. After the Portuguese colonists were displaced, the territory of Singapore and Batu Puteh Island, located at the meeting point of the Singapore Strait w