Langsung ke konten utama

Dua Penjualan Kulit Harimau Divonis Penjara 2 Tahun 6 Bulan dan 1 Tahun 6 Bulan #saveharimausumatera


Majelis Hakim Pengadilan Negeri Simpang Tiga Redelong, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, 9 Maret 2022, memutus MAS (47) dan SH (30) – penjual kulit dan tengkorak harimau – bersalah dengan vonis penjara 2 tahun 6 bulan dan 1 tahun 6 bulan, dan denda Rp 100 juta subsider 3 bulan kurungan. Perkara ini hasil kerja Balai Gakkum KLHK Wilayah Sumatera yang menangkap MAS dan SH dalam operasi 25 Oktober 2021. 

Pengadilan Negeri Simpang Tiga Redelong menyatakan barang bukti berupa 1 lembar kulit harimau dalam keadaan basah tanpa tulang yang kulit kepalanya masih menempel di tengkorak, dirampas untuk negara dan diserahkan kepada BKSDA Provinsi Aceh. Bukti lain yaitu 1 mobil merk Daihatsu Terios dan 1 STNK dikembalikan kepada Indah Nopita;  2 buah HP dirampas untuk negara; dan 1 timba cat dirampas untuk dimusnahkan.

Tim Balai Gakkum KLHK Wilayah Sumatera, 25 Oktober 2021, memperolah informasi dari masyarakat mengenai ada warga Desa Asir Asir Asia, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, menawarkan satu lembar kulit harimau seharga Rp 70 juta. Tim – yang menyamar sebagai pembeli - menangkap MAS, J dan SH pukul 22.00 WIB di SPBU Jl. Raya Bireuen – Takengon No 236, Desa Gegerung, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. 

Setelah memalui proses pemeriksaan, penyidik Balai Gakkum menetapkan MAS dan SH sebagai tersangka dan menyerahkan berkas perkara ke Kejaksaan Tinggi Aceh, 17 Desember 2021, agar dapat dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Simpang Tiga Redelong. 

Penyelesaikan perkara ini merupakan hasil kolaborasi antara Balai Gakkum KLHK Wilayah Sumatera, Kejaksaan Tinggi Aceh dan Pengadilan Negeri Simpang Tiga Redelong yang berkomitmen untuk menindak tegas pelaku kejahatan terhadap tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi undang-undang. 
-Medan, 28 Maret 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Air Kopi Khop dan Kuliner Mie Aceh di Puncak Gunung Geurute Aceh Jaya

Air Kopi Khop dan Kuliner Mie Aceh di puncak Gunung Geurute Aceh Jaya salah satu kuliner yang wajib bagi para wisatawan yang berkunjung ke Aceh.  Sebelum pandemi Virus Covid-19 ada, saya masih menyimpan memori indah di puncak gunung geurute aceh jaya. Disela-sela waktu perkuliahan saya bersama rekan sahabat bepergian ke lintas barat aceh tepatnya ke puncak gunung geurute. Berbekal sepeda motor tua si merah yang kerap menemani saya berkelana kesana-kemari saya berangkat dari kota banda aceh dengan menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam. So, keinginan berlibur saya terwujudkan dan sembari menenangkan fikiran yang bebannya sangat berat bagi saya seorang Mahasiswa Fakultas x dengan project matakuliah yang sangat tidak masuk akal. Oleh karena itu saya memutuskan untuk rehat di hari sabtu yang sedikit tenang dan cerah.  Kehidupan Sebelum adannya virus covid 19 memang sangat verygood bagi semua orang tidak terkecuali pada diri saya. Dengan bebasnya kita masih bisa berkelana kesana-kemari se

Minggu Menyapa Kekasih Dalam Balutan Rindu

Hari minggu merupakan hari yang paling bahagia dan menurut wikipedia , hari minggu adalah hari pertama dalam satu pekan. Kata minggu diambil dari bahasa portugis, Domingo (dari bahasa latin dies Dominicus) yang berarti “dia do Senhor”, atau “hati Tuhan kita”. Sedangkan menurut saya hari minggu adalah hari dimana menyapa kekasih dalam balutan rindu. Wihh seperti pelukis dan penyair diatas batu yang bersandar di ranting kayu yang berdiri kokoh diantara bebatuan. Itulah makna dan hakikat bagi saya si anak pekelana dan traveller nusantara. Mentari keluar dari ufuknya menyemangati hati yang sedang gundah gulana, dan memberikan harapan baru untuk terus melangkah dan berinteraksi di dalam dunia yang fana dan hampa seperti hatimu yang setiap saat menyakiti perasaanku. Kopi dan nasi 5000 rb membuat perut kosong ku kembali hidup. Imajinasi dan tekad untuk menulis kisah dimasa muda menusuk dalam sanubari relung hatiku. Dengan uang yang seadanya saya memutuskan untuk mengukir kisah itu di hari mi

Aceh's Historical Relations with Singapore

Nanggroe Aceh Darussalam has a close historical relationship with Singapore . In the past, Sang Nila Utama was the founder of the ancient Singapore kingdom. When Singapore was attacked by the Majapahit Kingdom and the Kingdom of Singapore lost, in the end the descendants of the Main Indigo named Parameswara founded the Kingdom of Malacca. After the malak kingdom began, Singapore became the territory of Malacca.  When Malacca was defeated by the Portuguese in 1511, the kingdom of Johor was established, the territory of Singapore then also became the territory of Johor. During the Aceh Darussalam Sultanate led by Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam Darmawangsa Tun Pangkat (1607-1636), the Aceh Sultanate with reinforcements from the Ottoman Turkish fleet conquered the territory of Johor and liberated the Malay lands from Portuguese clutches. After the Portuguese colonists were displaced, the territory of Singapore and Batu Puteh Island, located at the meeting point of the Singapore Strait w