Langsung ke konten utama

Teungku Adi alias Tgk.H.Siswadi Asnawi-Putra Dari Pulau Jawa Yang Berjasa Bagi Hikayat Aceh

Pada tahun 1982 beliau berangkat ke Aceh, di gampong Garot, Sigli( kab. Pidie). Tinggal Selama 2 tahun bersama sebuah keluarga Aceh keturunan Ulama  Tiro ( tahun 1982 s/d 1984).Disebabkan karena sakit beliau pindah ke Banda Aceh, tinggal bersama sebuah keluarga  Aceh terpelajar (Dosen Fekon USK). Di pertengahan tahun 1985 masuk bekerja pada sebuah koperasi dan dipercayakan di unit percetakan Sambil bekerja di percetakan itu, juga menyempatkan diri menjadi tenaga pengajar Iqra’  di Mesjid Baitul Qiram, Peniti, Banda Aceh. Pada tahun 1988 memutuskan untuk menikahi seorang wanita Aceh  bernama Jasmani, kelahiran  Jeunieb.  Aceh Utra,7 Januari 1964.Setelah berkeluarga beliau pindah berdomisili di kampung Ateuk Pahlawan, Banda Aceh.  Di sana beliau diangkat oleh masyarakat sebagai Imam Mesjid dan sebagai Tuha Peuet. Oleh Depag. kec. Baiturrahman beliau juga dipercayakan sebagai Imam Kelurahan dan sebagai Penyuluh P3N Kec. Baiturrahman sampai akhir hayatnya. 

Saya (T.A. Sakti) belum begitu lama mengenalnya; baru sekitar 10 tahun (1997-2006). Buku Saku Pertama Saya yang dicetaknya berjudul Hikayat Akhbarul Karim, 2 jilid. Kemudian, Hikayat Aulia Tujoh, Nadham Akhbarul Hakim. Ketiga naskah itu, masing-masing dicetak 1000 eksemplar (buah buku saku). Ketika itu; percetakan di bawah badan usaha Koperasi tersebut di atas. Selanjutnya, saya hanya mencetak 500 eks perjudul naskah, yaitu : (1) Hikayat Nabi Meusyuko,  (2) Hikayat Abunawah, (3) Nadham Mikrajus Shalat, (4) Hikayat Meudehak, (5) Hikayat Indra Bangsawan, (6) Kitab Bakeumeunan(Qawa’idul Islam), (7) Hikayat Banta Amat, (8) Hikayat Banta Keumari, (9) Hikayat Kisason Hiyawan, dan (10) Hikayat Tajussalathin.


Perlu dijelaskan tidaklah semua judul hikayat dapat tercetak secara utuh sampai tamat. Bila yang tebal sampai 6-7 jilid misalnya, maka saya cetak 1-2 jilid saja Masa itu Tgk Adi atau Pak Adi sudah memiliki unit usaha sendiri, yakni UD”SELAMAT SEJAHTERA”;  terletak di kawasan Peniti, Banda Aceh; yang dikelolanya hingga beliau meninggal dunia pada November 2006. Karena Hikayat/Nadham/Tambeh hasil alih aksara-transliterasi saya dari huruf Arab Melayu/Jawi/Jawoe ke aksara Latin setiap judul terdari dari beberapa jilid, maka sudah 22.000 ( dua puluh dua ribu) buah buku saku yang sempat saya cetak pada Percetakan Pak Adi; sebelum ia berpulang kerahmatullah.

Sayangnya,lebih 80% Hikayat- hikayat hasil cetakan itu terkena hantaman tsunami  26 Desember 2004. Hanya yang saya hadiahkan kepada teman-teman dan sekolah sekolah dan Perguruan Tinggi di Kampus Darussalam dan sekitarnya (termasuk Kab. Aceh Besar) yang selamat


Mengapa saya mencetak hikayat pada Percetakan pak  Adi ? Ada tiga hal yang mendorong saya, yaitu : 1. Ongkos cetak murah, 2. Boleh bayar cicilan.dan 3. Mau diantarkannya ke toko buku sebagai barang titipan saya Masalah murah mencetak buku/hikayat pada Pak Adi;  saya punya kisah pribadi. Pada tahun 1995, saya mulai bermaksud mencetak hikayat pada Percetakan yang berlokasi di Kampus Darussalam. Naskah yang mau saya cetak adalah Hikayat Akhbarul Karim dengan oplah 1000 buah buku saku. Ternyata ongkos cetaknya di luar kemampuan saya, yaitu Rp. 1.200.000( satu juta dua ratus ribu rupiah).- terpaksalah saya menunda cita-cita mencetak hikayat-hikyat hasil alih aksara dari huruf Arab Melayu/Jawi (harah Jawoe) ke huruf  Latin. April 1997, saya baca di koran Syekh Rih Kreung Raya sudah berpulang kerahmatullah. Sejak itu,  saya pun mendatangi kembali beberapa Percetakan untuk mencari “ongkos cetak termurah”. Akhirnya, saya menjumpai Pak Adi karyawan KUD Rahmat. Ongkos cetak Hikayat Akhbarul Karim dengan jumlah oplah  yang sama hanya Rp. 600.000(enam ratus ribu rupiah),- berarti cuma separuh dari ongkos cetak di Kampus Darussalam. Kemungkinan besar; faktor murah, jujur dan “jeuet bacut saho”(tidak merepotkan), yang menyebabkan sebagian besar pengarang Hikayat Aceh memilih Pak Adi menjadi pancetak karya mereka. Dari kalangan pengarang useueng (tua), saya bisa  mencatat tiga nama, yaitu Tgk. Muhammad El Abdul Muthalib, Syeh Rih Krueng Raya dan Nuri Angkasa.


Sementara kalangan lebih muda adalah : Tgk. Keuchik Hasan Lam Kawe, Ustazd Abdullah Umar P.Aceh, UMS, Medya Hus, Tgk Ameer Hamzah, Mujar MS,dan saya sendiri(T.A. Sakti). Saya yakin, masih banyak penulis lain yang mencetak Hikayat Aceh pada Tgk. Adi yang tidak saya kenal  nama mereka; mengingat perkenalan  saya dengan beliau belumlah lama.Para pengarang ini jarang yang membayar kontan biaya biaya percetakan. Lebih banyak yang cicilan /angsuran atau dibiayai oleh Toko Buku.  Pihak Toko Buku pun lebih sering membayar cicilan dari pada tunai.Sebenarnya, jenis Sastra Aceh yang dicetak Pak Adi bukan hikayat Aceh saja. Jenis lainnya ialah nadlam, tambeh, kasidah, like Aceh, panton, ,hadih maja, dan haba peu-ingat.Satu hal yang pernah dikeluhkan Ustaz Adi kepada saya adalah: sukarnya menjumpai pemilik usaha Komputer yang bersedia mengetik hikayat. Alasannya, mengetik BAHASA ACEH lebih sukar dari mengetik bahasa Inggris. Saya heran, “KENAPA ORANG ACEH TAK MAU MENGETIK BAHASANYA SENDIRI!!!”, keluh Pak Adi kepada saya suatu sore. Kadang-kadang, pada sore hari Pak Adi bersama isterinya keliling kota Banda Aceh dengan Honda ringkih/tuanya mencari percetakan. Namun lebih sering gagal, karena banyak yang menolak. Terpaksalah beliau sendiri yang  memkomputer kembali naskah-naskah bahasa Aceh

yang diminta cetak padanya; karena naskah asli  itu lebih sering ditulis tangan atau ketikan biasa. Karena itulah, saya yakin benar bahwa Tgk. Adi alias Tgk. H.Siswadi Asnawi amat berjasa dalam pengembangan dan pelestarian bahasa dan sastra Aceh, khususnya hikayat Tentang kemampuan seluk-beluk bahasa Aceh beliau samasekali tidak meragukan, bahkan melebihi “kefasihan” orang Aceh pada umumnya. Beliau pantas dianugerahkan Penghargaan Kebudayaan Aceh, seperti pada pelaksanaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) dan dari dinas-dinas terkait.

Biografi :

Nama : Tgk.H. Siswadi Asnawi

Lahir  : Di Purwodadi, Jawa Tengah Tgl. 1 Syawal 1381 H ( 29 April 1961 ) dari pasangan Sukir dan Yatmi

Meninggal : di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam Tgl. 1 Zulqaidah 1427 H( 22 November 2006) Di kediamannya Lrg. Cempaka no. 9 Ateuk Pahlawan Kec. Baiturrahman, Banda Aceh, karena sakit.

Pendidikan : SDN No. 7 Tarub, Kab.Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Lulus tahun 1973 M.I Nuril Huda Tarub, Lulus tahun 1977 Juga menempuh  ujian persamaan di Madrasah Aliyah Tarbiyah Islamiyah Darussa’adah Cabang Cot Bada, Peusangan Aceh Utara, Lulus tahun 1988.


Innalillahi wa inna ilaihi raji’un - na geumpa ban sijaknyoe-, semoga Allah SWT menempatkan arwah beliau di tempat termulia!. Amin ya Rabbal ‘Alaminnn!!!.

Banda Aceh, 22 Hasan-Husen 1428 H, 22 Muharram 1428 H, 1 Februari 2007 M

Dto

T.A. Sakti 

Bale Tambeh, Seulasa/Lasa, 14  Apam 1443 TH atawa  14 Rajab 1443 H bertepatan  15 Februari 2022 M, pukul 08.18 wib.

(T.A. Sakti)

Editor : Imadul Auwalin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nusantara Fotografi

Photography bagi saya adalah sebuah "seni mendapatkan sebuah gambar yang mempunyai sebuah makna di dalam gambar yang telah kita buatkan". Fotografi juga sebuah seni lukis dengan teknik yang ada didalam-Nya. Photography bukan tentang mencetak sebuah gambar tanpa ada hal yang tersirat melainkan sebuah kriteria keindahan yang terpancar sehingga orang-orang tertarik dengan apa yang telah Anda para fotografer potret. Imadul Auwalin adalah seorang fotografer berbakat dan visioner yang merupakan pendiri Nusantara Fotografi , sebuah komunitas fotografi yang berbasis di Banda Aceh, Indonesia. Melalui komunitas ini, Imadul berusaha untuk memfasilitasi dan menginspirasi para fotografer muda di Aceh dan seluruh Indonesia untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam dunia fotografi. Nusantara Fotografi bertujuan untuk tidak hanya menghasilkan karya-karya visual yang memukau, tetapi juga mendalami makna dan pesan yang dapat disampaikan melalui gambar. Imadul Auwalin memulai perjalanan f...

Dukungan Alhazennusantara Group Terhadap Pemerintahan Prabowo Subianto

Alhazennusantara Group dengan bangga menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Prabowo Subianto, presiden terbaru Indonesia, yang diharapkan mampu membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek pemerintahan dan kebijakan. Fokus utama Presiden Prabowo akan terarah pada isu-isu krusial seperti pertahanan, ekonomi, dan stabilitas politik. Dalam visi ini, beliau berupaya memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional serta meningkatkan infrastruktur dan investasi dalam negeri. Di bidang ekonomi, Presiden Prabowo menekankan pentingnya hilirisasi komoditas dan pengurangan ketergantungan pada sektor tertentu. Ini diharapkan dapat memperkuat pertumbuhan sektor-sektor lain, seperti pertanian dan industri, serta menciptakan lapangan kerja baru. Selain itu, kebijakan swasembada pangan dan energi menjadi prioritas, terutama di tengah situasi global yang tidak menentu. Kebijakan sosial juga mendapatkan perhatian yang signifikan, dengan fokus pada pengentasan kemiskinan dan peningkatan ku...

Dara Aceh

  Gadis atau Dara Aceh mempunyai wajah yang cantik nan jelita. Aduhai kulitnya yang mulus senyuman yang sinis melengkapi sebutan Dara Aceh. Dara Aceh memiliki ciri khas yang unik dikarenakan adanya campuran ras bangsa portugis, hindia, arab, malaya dan lain sebagainya sebagaimana sejarah mencatatnya. Hidung yang mancung dan bibirnya yang menawan membuat para lelaki tertarik untuk meminang dara aceh. Provinsi Aceh yang terdiri dari berbagai kabupaten dan daerah –daerah sehingga berbeda pula kecantikan anak gadis perawan tersebut. Di hari Raya idul adha tersebut momentum kami mengunjungi destinasi wisata yang hangat diperbincangka oleh sebagian masyarakat Aceh Utara, ya tepatnya Wisata Gunung Salak Nisam Antara. Dari Simpang Jam Kota Lhokseumawe perjalanan bisa ditempuh kurang lebih 1 jam lebih akan membawa saudara ke wisata Gunung Salak, konon katanya di daerah ini ada sebuah Gunung yang hampir mirip dengan buah salak dan dinamakanlah Gunung Salak. Kehadiran saya dan kawan-kawan d...